Khan al-Ahmar, Desa Palestina yang Terancam Hilang
Penjajah zionis israel memang tak pernah berhenti memperluas jajahannya di Palestina, kali ini yang dibidik adalah wilayah timur dari Baitul Maqdis. Di wilayah tersebut terdapat desa bernama Khan al-Ahmar yang dihuni oleh suku Arab Badui. Letaknya berada di antara kota al-Quds dan Ariha. Israel berkeinginan melenyapkan desa itu karena dinilai menghambat terwujudnya kota Jerussalem Raya yang sudah dirancang sejak tahun 1967 silam.
Proyek ini sendiri mereka sebut dengan istilah East-1, luasnya 12.443 ha, yang akan dihuni oleh 4.000 unit pemukiman, 10 hotel dan satu pabrik industri. Agenda ini menuntut israel menutup wilayah bagian timur dari Al-Quds, sehingga harus mengosongkan tiga desa Palestina di wilayah tersebut, termasuk diantaranya adalah Khan al-Ahmar. Kalau proyek tersebut berhasil, maka 10% wilayah Tepi Barat hilang dirampas oleh zionis israel.
Saat ini desa Khan al-Ahmar dihuni oleh 200 orang penduduk Palestina, atau terdiri dari 45 kepala keluarga. Mereka berasal dari suku Arab Badui yang diusir penjajah israel dari desa Tel Arad pada tahun 1948. Desa itu sendiri berada 50 km. dari timur laut Beer Sheba, selatan Palestina, yang kini diduduki oleh zionis.
Secara keseluruhan, Arab badui yang ada di Palestina terdiri dari 23 kelompok yang menempati 4 wilayah di Tepi Barat, yaitu ‘Anata, Wadi Abu Hindi, Khan al-Ahmar dan Aljabal. Jumlahnya saat ini mencapai 7.000 orang penduduk yang dianggap legal oleh zionis israel sehingga semena-mena melakukan pengusiran paksa.
Pada tahun 1977 israel melancarkan upaya penekanan terhadap orang Badui Palestina dengan cara membangun pemukiman bernama Ma’ale Adhumim di wilayah timur dari kota al-Quds. Perlahan tapi pasti, israel mengosongkan wilayah itu dari orang Badui. Diantara yang tersisa adalah desa Khan al-Akhmar, yang keberadaannya diisolasi oleh israel. Penduduk desa lain dilarang masuk ke wilayah tersebut, rumah-rumah penduduk satu persatu dirobohkan, bahkan sebuah sekolah yang menampung 180 murid direncanakan untuk dirobohkan.
Penjajah israel kemudian memberikan alternatif tempat tinggal kepada penduduk Khan al-Ahmar ke desa al-Eizariya yang berada di timur al-Quds. Tindakan ini bukan saja semena-mena, tetapi juga membunuh orang Arab Badui itu secara perlahan. Karena di desa tersebut itu tidak ada padang rumput yang bisa dijdikan tempat mengembala, padahal itu merupakan profesinya selama ini.
Agenda terbesar israel adalah membangun bandara internasional terbesar di distrik Abu Musa, yang berada diantara kota al-Quds dan Ariha (Jerico), dipersiapkan untuk memberangkatkan 34 juta penumpang setiap tahunnya, sehingga dapat menaikkan jumlah wisatawan 12 juta didukung dengan dukungan hotel dan gedung bisnis di sekitarnya.
Ada tiga catatan dari misi melenyapkan desa Khan al-Ahmar ini. Pertama, tindakan israel tersebut apabila nekat dilakukan, merupakan bentuk dari kejahatan perang, seperti yang dinyatakan oleh Mahkamah Internasional, ICC dan didukung oleh dunia internasional.
Kedua, ketika desa Khan al-Ahmar dapat jatuh ke tangan israel, maka Tepi Barat terancam dipecah menjadi dua bagian. Rencana ini dimulai melalui proyek E-1 yang akan membelah daerah tersebut. Targetnya Al-Quds Timur akan dikelilingi oleh pemukiman ilegal Yahudi, kemudian Ramallah di bagian utara Tepi Barat akan dipisah dari Betlehem yang ada di selatan.
Ketiga, proyek Yahudisasi terhadap Masjid al-Aqsha akan lebih mudah dilakukan. Ditargetkan dari proyek E-1 ini akan ada lebih 100.000 pemukim Yahudi yang menempati wilayah tersebut, sehingga akan mudah melakukan yahudisasi al-Quds dan perlahan menghilangkan identitas Islam dari kota itu.
Penulis : Muhammad Syarief, Pemimpin Redaksi Buletin I-KNRP